Live Streaming SQ Radio 104,3 fm Pangkalpinang Kepulauan Bangka Belitung 33129
Click here for winamp player
Click here for BlackBerry
Welcome أهلاً وسهلاً / أهلاً بك
Di Blog Adi Selamat
Senin, 04 Maret 2013
-=[ Mengapa Nabi melarang meniup makanan dan minuman? ]=-
Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya. Benarkan cara demikian?
Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan, "Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya." (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya coba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu.
Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman, itu juga yang saya lakukan kepada anak saya.
Alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa: apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2, yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic.
Dan saya ingat juga bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.
Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, karena Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia. (sendy aldiana)
Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya. Benarkan cara demikian?
Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan, "Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya." (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya coba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu.
Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman, itu juga yang saya lakukan kepada anak saya.
Alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa: apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2, yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic.
Dan saya ingat juga bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.
Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, karena Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia. (sendy aldiana)
Kamis, 28 Februari 2013
RENUNGAN JUM'AT
DI BALIK DOA YANG TIDAK TERKABUL
Ada seseorang yang rajin berdoa, minta sesuatu sama Allah. Orangnya
sholeh. Ibadahnya baik. Tapi doa tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu
masih belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan juga belum.
Tetap dia berdoa. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum
terkabul juga. Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak
istimewa. Sholat ...masih bolong - bolong. Kelakuannya juga sering
nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang
dia doain, semuanya dipenuhi. Orang sholeh ini pun heran. Akhirnya, dia
pun dateng ke seorang ustadz. Ceritalah dia permasalahan yang sedang
dihadapi. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat,
sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan.
Tersenyumlah ustadz ini. Bertanyalah si ustadz ke orang ini. Kalau Anda
lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen
musiknya gak bener, suaranya fals, bagaimana? Orang sholeh tadi
menjawab, segera saya kasih pak ustadz, gak nahan ngeliat dan ndengerin
dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula. Kalau pengamennya yang dateng
rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka,
bagaimana? Wah, kalo gitu, saya dengerin ustadz. Saya biarin dia nyanyi
sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi
lagi. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela. Kalau pengamen tadi saya
kasih 500, yang ini 10.000 juga berani, ustadz. Pak ustadz pun
tersenyum. begitulah nak. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh,
datang menghadap-Nya, Allah betah ndengerin doamu. Melihat kamu. Dan
Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah,
ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia pengen nahan kamu
biar khusyuk, biar deket sama Dia. Coba bayangin, kalo doamu cepet
dikabulin, apa kamu bakal sedeket ini? Dan di penghujung nanti, apa yang
kamu dapatkan
kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu
minta. Beda sama temenmu itu. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket
sama Allah. Udah dibiarin biar
bergelimang dosa aja dia ini. Makanya
Allah buru-buru kasih aja. Udah. Jatahnya ya segitu doang. Gak nambah
lagi. Dan yakinlah, kata pak ustadz, kalaupun apa yang kamu minta
ternyata gak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak.
Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita. Nggak bakal ngerasa
kurang kita di situ. Tersadarlah orang tadi. Ia pun beristighfar, sudah
berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul amat
menyayanginya.
Semoga kisah ini menjadi dapat
pelajaran bagi kita semua... Aamiin
Langganan:
Komentar (Atom)